Laman

Selasa, 25 Desember 2012

Artikel Pendidikan Menjadi Guru Matematika Ideal



MENJADI GURU MATEMATIKA YANG IDEAL
Oleh : Panji Wiraldy Hsb, Qori Magfiroh, Rudini Triyadi

Guru sebagai pengajar, perkara biasa. Guru sebagai agen pembelajar, itu baru luar biasa. Mengapa guru sebagai agen pembelajar menjadi sesuatu yang luar biasa? Pertanyaan ini menjadi sangat menarik jika kita mencoba mencermati terlebih dahulu analisis dari Prof. Masaaki Sato, pakar pendidikan dari Jepang, mengenai kelemahan pendidikan calon guru di tingkat universitas—dalam konteks ini Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)—dan kelemahan guru di lapangan. Kelemahan calon pendidikan guru di tingkat universitas sangat tampak dari 3 realitas berikut.
Pertama, kuliah yang diberikan di kampus difokuskan pada transfer pengetahuan (transfer of knowledge) keilmuan suatu disiplin ilmu, sedangkan pengetahuan praktis untuk meningkatkan keilmuan dan kompetensi guru dalam mengajar pada kenyataannya tidak pernah diajarkan. Pembelajaran di kelas sangat bersifat pribadi, rumit, dan sensitif. Untuk itu, seorang guru harus memiliki kemampuan dalam memahami kondisi kelas secara jeli. Dan kemampuan seperti ini tidak dapat tumbuh dan berkembang hanya dengan mendengarkan kuliah teoretis di dalam kelas saja. Kondisi di atas juga terjadi dalam proses pembelajaran matematika. Hal ini berpengaruh pada kemampuan mengajar calon guru, karena dikelas mereka menerima contoh dari dosen yang hanya melakukan transfer ilmu maka hal itu pula yang mereka praktekkan pada saat mereka mengajar. Seperti guru dalam mengajarkan suatu rumus atau teorema tidak  menjelaskan darimana teorema itu diperoleh. Akibatnya siswa akan kesulitan saat di hadapkan pada soal-soal nonrutin. Contoh lainnya adalah guru tidak memberikan materi prasyarat dalam suatu pembelajaran matematika, guru langsung mengajarkan materi utamanya.
Kedua, seorang dosen di universitas, secara umum, mengajarkan suatu disiplin ilmu tidak berdasarkan situasi dan kondisi di sekolah. Apa pun jenis teorinya tidak akan pernah diketahui kebenarannya jika tidak diujikan. Oleh sebab itu, seorang dosen seharusnya tidak hanya mengajar teori tentang pembelajaran dari dalam buku referensi saja, tetapi dosen tersebut harus juga selalu belajar dari proses pembelajaran yang terjadi di lingkungan sekolah (SD/SMP/SMA) yang selalu dinamis. Karena pengalaman cara mengajar itu dipengaruhi secara langsung oleh pengalaman yang diberikan  kepada calon guru. Apabila mereka hanya mendapatkan pengetahuan secara teori saja tanpa adanya pemberian pemahan lewat praktrikum atau pengalaman maka mereka akan mengalami kesulitan dalam mengajar nantinya.
Ketiga, pengetahuan mengenai pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus “learning disorder” (anak yang memiliki kesulitan belajar) harus dipraktikkan di lapangan (ruang kelas). Dengan banyak berinteraksi dengan lingkungan sekolah, kita akan banyak bertemu dengan anak-anak berkebutuhan khusus dalam belajar. Mereka membutuhkan bimbingan untuk menentukan penanganan secara nyata yang tepat berdasarkan hasil penelitian atau keilmuan. Setali tiga uang dengan kelemahan calon guru di tingkat universitas, kelemahan guru di lapangan pun menjadi sebuah realitas yang mesti dicarikan solusinya. Kelemahan utama guru di lapangan adalah banyaknya guru yang tidak memiliki inisiatif untuk belajar.
Oleh karena itu, agar proses pembelajaran matematika berkualitas dan calon guru juga dapat mengajar dengan baik, maka diperlukan sosok guru yang profesional dalam semua aspek, baik keilmuan maupun sikap dan perilaku. Hal ini diharapkan melahirkan sosok guru ideal sehingga mampu mengantarkan peserta didik mencapai kompetensi matematika sebagai pengetahuan maupun sikap sehingga bisa diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.
Identifikasi tentang sosok guru matematika profesioanl terangkum dalam empat komponen profesional di berbagai aspek : pengetahuan dan pendidikan matematika, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, profesi kependidikan matematika, dan stabilitas pribadi.
Adapun sosok guru yang profesional memiliki komponen sebagai berikut:
1.        Profesional Dalam Bidang Pengetahuan dan Pendidikan Matematika
a.         Guru menguasai matematika dan hakekat pembelajaran matematika
b.         Guru memahami tentang hakekat perkembangan siswa dan hakekat siswa belajar matematika
c.         Guru menguasai berbagai teori dan metode pembelajaran matematika
2.        Profesional dalam Strategi Pembelajaran Matematika
a.         Guru mampu mengembangkan Rencana Pembelajaran
b.         Guru mampu menyiapkan lingkungan belajar dan iklim belajar matematika
c.         Menguasai dan menerapkan keterampilan dan strategi mengajar
d.        Mampu menyiapkan dan menggunakan alat bantu pembelajaran matematika
3.        Profesional Dalam Meningkatkan Profesi Kependidikan Matematika
a.         Guru menyesuaikan diri dan meningkatkan dengan perkembangan global kependidikan matematika
b.         Mampu menerapkan dan merefleksikan profesi kependidikan matematika
c.         Guru aktif sebagai anggota profesi pendidikan matematika
Jika seorang guru memiliki dan mengamalkan semua indikator keprofesionalan dalam pembelajaran matematika maka kasus-kasus yang terjadi pada calon guru matematika tersebut dapat teratasi. Dapat dilihat bahwa kasus pertama dapat diselesaikan jika calon pengajar atau guru tersebut memiliki dan dapat menjalankan keprofesionalan dalam bidnag kepengetahuan dan pendidikan matematika sertadapat mengkombinasikannya secara baik dengan strategi pembelajaran matematika. Untuk kasus kedua dan ketigadapat teatasi jika calon pengajar atau guru tersebut dapat menjalankan semua indikator guru matematika professional tersebut baik profesional secara kepengetahuan dan kependidikan matematika, strategi pembelajaran matematika dan kemampuan meningkatkan profesi kependidikan matematika.
Selain beberapa indikator di atas berdasarkan pengalaman dan kajian beberapa literatur (Toto Tasmara, 2001; Ary Ginanjar Agustian, 2005; Amir Tengku Ramli & Erlin Tri Sulianti, 2006; Amir Tengku Ramli, 2007 (a, b, c) untuk menjadi guru matematika yang profesional perlu memiliki beberapa kecerdasan emosi dan spiritual dalam hal kepribadian dan keseimbangan diri atau personal stability dan berusaha penulis rangkum sebagai berikut:
1.        Guru perlu mengembangkan mentalitas yang tinggi
a.         Memiliki visi, penuh tanggungjawab, disiplin dan proaktif terhadap tugasnya.
b.         Memegang teguh nilai-nilai profesi guru matematika dan kode etik profesi guru serta memegang teguh komitmen sebagai guru.
c.         Memiliki integritas yang tinggi dan citra diri yang positif
d.        Memiliki etos kerja tinggi dan menjauhi ketidakberdayaan
e.         Mempunyai keteguhan idealisme sebagai seorang pendidik.
2.        Guru perlu mengembangkan moralitas dirinya
a.         Mampu mampu memberikan keteladanan sebagai manusia berbudaya beradap berbudi pekerti luhur, jujur dan beretika tinggi,
b.         Berjiwa besar menerima kekurangan murid, dan berempati
c.         Mampu mengemban amanah; dipercaya, menghargai dan menghormati orang lain.
3.        Guru mengembangkan spiritualitas dirinya
a.         Mempunyai karakter yaitu teguh pada prinsip-prinsip dan keyakinan sebagai kekuatan diri, tidak terombang ambing pada situasi apapun,
b.         Sikap tenang, santun, memiliki akhlak mulia, memiliki iman yang kuat,
c.         Menghargai prinsip-prinsip kebenaran, mengekspresikan gagasan dengan berani, diikuti tenggang rasa dan menghargai gagasan atau perasaan orang lain,
d.        Mampu mengendalikan diri, santun tapi bersikap tegas,
e.         Melakukan proses pengajaran yang menumbuhkan nilai-nilai spiritual dan humanisme pada jiwa peserta didik.
f.          Mensyukuri segala kenikmatan yang berikan Allah atas profesinya sebagai guru.
4.        Perhatian terhadap Estetika
Untuk menjadi guru profesional selain memiliki berbagai kemampuan profesional maka harus mempunyai citra diri yang positif di depan peserta didik dan masyarakat berkaitan dengan penampilannya, yaitu:
a.         Kebersihan diri
b.         Cara Berpakaian
Dari uraian diatas dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa sosok guru matematika yang ideal adalah guru yang memiliki berbagai macam kompetensi dan kecerdasan yang terpancar jelas dari karakter dan prilakunya sehari-hari, baik ketika sebagai pendidik, di tengah komunitas profesi, maupun sebagai anggota masyarakat. Beberapa kecerdasan yang diuraikan di atas dapat dikelompokkan menjadi empat kecerdasan yang harus dimiliki sosok guru ideal yaitu kecerdasan: intelektual (otak kiri), emosional (otak kanan), spiritual (hati) dan pancaindera. Oleh karena itu itu sudah seharusnya sebagai guru berlomba-lomba untuk menjadi sosok guru yang ideal. Ideal di mata peserta didik, ideal di mata masyarakat, dan ideal di mata Allah. Bila semakin banyak guru ideal yang tersebar di sekolah-sekolah kita, maka sudah dapat dipastikan akan banyak pula sekolah-sekolah berkualitas yang mampu membentuk karakter siswa yang cakap dan memiliki budi pekerti yang luhur.



Related Article:

1 komentar:

Unknown mengatakan...

terimakasih bro buat informasinya.. mantab deh bro..

http://herbalkuacemaxs.com/pengobatan-herbal-jantung-lemah-terbaik/

Posting Komentar


 
Copyright 2010 Karya Besar. All rights reserved.
Themes by Bonard Alfin l Home Recording l Blogger Template